KONDISI PEREKONOMIAN DI MASA PEMERINTAHAN JOKOWI-JK HINGGA SAAT INI (JOKOWI-MA'RUF)








Dalam lima tahun pemerintahan Jokowi periode I (2015-2019),Perekonomian Indonesia tumbuh di kisaran 5 persen Secara keseluruhan data tersebut, Pemerintah mengklaim pertumbuhan ekonomi pada level 5 persen merupakan yang terbaik, di tengah ketidakpastian perekonomian global. Pasalnya, dibandingkan dengan negara-negara G-20, pertumbunan ekonomi Indonesia terutama pada tahun 2018 sebesar 5,17 persen, merupakan tiga terbesar setelah India dan Cina.

Secara statistik, rasio penduduk miskin dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 10,96 persen, tahun 2015 sebesar 11,13 persen, tahun 2016 turun menjadi 10,7 persen, 2017 sebanyak 10,12 persen, tahun 2018 menjadi 9,66 persen.

Sejak 2015 alokasi subsidi energi dikurangi, dialihkan untuk belanja produktif, seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan. Subsidi tepat sasaran mendorong produktivitas dan pemerataan ekonomi. Sedangkan sisi pengelolaan ekonomi makro, pemerintah mengklaim sektor moneter dan keuangan terkendali. Ini tercermin dari cadangan devisa Indonesia tinggi dan aman, setara dengan pembiayaan 7,1 bulan impor.

Di bidang infrastruktur, selama 5 tahun pemerintahan Jokowi-JK, capaian pembangunan infrastruktur meliputi 3.194 km jalan perbatasan, 1,378 km jalan tol, sepanjang 811,89 km rel kereta api, 136 pelabuhan, 15 bandara.

Sejalan dengan itu, pembangunan bidang infrastruktur pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan, Pemerintahan Presiden Jokowi-JK dalam lima tahun terakhir telah menyelasikan pembangunan 65 bendungan, sekitar 5.821 embung, 1 juta  pembangunan baru jaringan irigasi, 3,02 juta ha rehabilitasi irigasi, dan 3,21 juta ha rĂ©habilitasi irigasi tersier.

Sedangkan saat ini, pada pemerintahan Jokowi-Ma’ruf, banyak masyarakat yang menilai di dobrakan pemerintah di 100 hari kerja lebih minim dibandingkan dengan periode sebelumnya. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai, kebijakan yang dikeluarkan Jokowi minim akan gebrakan baru khususnya kebijakan yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurut Faisal, memang ada beberapa kebijakan baru yang dilontarkan Jokowi dalam nota keuangan tahun lalu. Kebijakan tersebut antara lain fokusnya dalam memajukan Sumber Daya Manusia (SDM) dan tetap meningkatkan pembangunan infrastruktur. Namun, dia berpendapat cara untuk mencapai tujuan tersebut kabur atau tidak jelas.

Sama halnya seperti RUU Omnibus Law yang tengah digodok pemerintah. Faisal menilai RUU ini belum jelas seperti apa arahnya ke depan. Dia melihat, RUU Omibus Law yang ramai diperbincangkan saat ini seolah-olah hanya dimaksudkan untuk mempermudah investasi dengan memangkas regulasi.

Belum lagi, saat ini wabah virus Corona kian merebak dan menjadi sebuah pandemi. Hal itu tentunya mempengaruhi kondisi perekonomian yaitu melambatkan pertumbuhan ekonomi di seluruh negara yang terkena dampak wabah virus corona ini, termasuk Indonesia.

Saat ini pemerintah sedang mengupayakan pencegahan penularan wabah virus corona ini dengan Lockdown dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal ini sedang dilaksanakan, namun hal itu memberikan dampak besar bagi kondisi perekonomian nasional. Di tengah masa-masa sulit seperti ini, pemerintah mungkin kewalahan, namun banyak harap dari setiap lapisan masyarakat untuk pemerintah dan pemerintah sedang mengupayakan hal itu untuk kesejahteraan rakyatnya.






REFERENSI




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Algoritma Dan Flowchart Menukar Isi Dua Gelas

Pertimbangan Dalam Memilih Bentuk Usaha